Dan imaji tentang kemegahan serta keelokan mu tak juga murca dalam pikiranku
Seolah dipatri ke dinding-dinding dalam kepalaku,
Sapak tempuhmu yang penuh liku
Namun tak kunjung padam wibawa dan kearifanmu
Meski tak terpisah samudera,
Kita terpisah jarak yang hanya cahaya kartika di langit yang mampu menandai
Kalau kubisa… ingin kusebrangi batasan dimensi waktu
'Tuk berjumpa dengan sosokmu
Mendengar sapamu yang hangat Bak sinar mentari yang menyembul dari balik Mahameru
Menyimak parasmu yang kerap larut dalam pemikiranmu Yang menerawang melampaui langkah-langkah masa
Menyaksikan kegagahan dan keberanianmu Membela idealisme negeri yang senantiasa kau dekap dalam relung sanubarimu
Kau, yang telah menjadi penanda kelahiran suatu jaman besar di untaian sejarah di khatulistiwa
Kini membeku di balik puing-puing candi dan arca mu
Seolah kehidupan yang pernah kau sentuh tak pernah menggariskan makna dan arti…
Hanya goresan-goresan buram pada lempeng-lempeng batu dan lembaran serat dedaunan Yang menyimpan bukti-bukti kejayaan dan keharuman namamu…
Yang kemudian membuatku bagai tersihir,
Mencari dan mencari… jejak dan bayanganmu yang tersisa,
'Tuk kugenggam dan kujadikan prasasti,
Tuk mengingatkanku akan para insan Yang dituntun oleh garis takdir Menjadi contoh panutan bagi jiwa yang haus, Yang merindukan kekalahan para lalim di tangan kebajikan...
NB: pindahan dari personal blog gue yang dulu. Ini gue tulis abis baca novel Majapahit yang pertama. Sumpah keren, gue suka banget. Praise for pak Langit Kresna Hariadi for his masterpiece.
jadi ini lagi ngomongin sopo ya? 😆
dah lah men, jaman uda berubah, gak ada gunanya idup di masa lalu, uda burem burem gitu mwahahahahaahahaha
well i do admit that history tends to repeat itself, but i guess he's out of luck 😏